

Selamat pagi, siang, sore, petang, & malam kawan - kawan kaskuser semua yg baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.


Kisruh dualisme kepengurusan Partai Demokrat yg melibatkan "orang dalam" istana kini melebar kemana - mana. Apalagi setelah mantan pentolan partai PAN, Amien Rais melontarkan pernyataan yg menyebut bahwa ada campur tangan "lurah" dalam kisruh ditubuh partai berlogo bintang mercy yg melibatkan Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko tersebut.
Meski tak secara tegas, namun pernyataan tersebut secara eksplisit menyiratkan bahwa Amien menduga ada dukungan Presiden Jokowi dalam kaitannya dengan kudeta yg dilakukan Moeldoko. Lebih jauh lagi, Amien menduga ada skenario akbar yg muaranya adalah perubahan masa jabatan presiden dari yg sebelumnya 2 periode jadi 3 periode. Seperti yg kita ketahui, pasca reformasi, Undang - Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa jabatan presiden cuma boleh diemban maksimal 2 kali periode saja.

Amien menduga kudeta Partai Demokrat adalah gerbang awal pemerintah untuk memuluskan rencana tersebut. Jika saja nantinya Partai Demokrat versi kepengurusan Moeldoko disahkan oleh Kemenkumham, bukan tak mungkin partai ini akan berkoalisi dengan pemerintah. Efeknya, partai pendukung pemerintah akan semakin "gemuk". Dan ini dapat jadi bekal untuk merevisi masa jabatan presiden melalui Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk mengamandemen UUD 1945.
Sekedar diketahui, untuk dapat mengerjakan amandemen UUD 1945 dibutuhkan usulan oleh minimal sepertiga dari jumlah anggota MPR. Lalu sidangnya harus dihadiri 2/3 anggota, & putusannya harus disetujui oleh setidaknya 50 persen plus 1 anggota MPR. Sehingga dapat diartikan, kalau benar skenario ini dijalankan, semakin akbar partai koalisi pemerintah maka semakin akbar pula kans untuk sukses mengerjakan amandemen UUD 1945. Dan semakin terbuka peluang merubah masa jabatan presiden jadi 3 kali periode.
Sadar akan jadi kontroversi, Presiden Joko Widodo pun angkat bicara. Melalui media sosial resminya, Jokowi menegaskan saat ini dirinya tak ada minat untuk jadi presiden 3 kali periode. Pernyataan ini juga merupakan kali kedua presiden menyampaikan hal yg sama, setelah sebelumnya beliau pernah juga menyampaikannya diakhir tahun 2019 saat wacana perubahan masa jabatan presiden bergulir kala itu.
Spoiler for :

Masyarakat, dalam hal ini netizen terbelah. Ada yg percaya dengan pernyataan Jokowi, ada pula yg meragukannya & menganggap pernyataan tersebut hanyalah political statement. Dalam wawancara diacara Mata Najwa yg tayang semalam (17/3), salah satu narasumber yg juga seorang pengamat politik bahkan menyebut dapat jadi pernyataan "tidak minat" yg dihinggakan Jokowi tersebut dikarenakan secara konstitusi saat ini memang tidak memungkinkan. Lain halnya kalau amandemen UUD 1945 jadi dilakukan & merevisi pasal masa jabatan jadi 3 periode, dapat saja beliau berubah pikiran.
Terlepas dari minat atau tidak minatnya Jokowi memerintah 3 periode, namun kalau wacana ini benar terjadi, bukan cuma Jokowi yg dapat kembali memimpin Indonesia, namun mantan presiden 2 periode, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun juga dapat kembali mencalonkan diri. Malahan, banyak pihak menduga kalau El Classico Jokowi vs SBY benar terwujud, kans SBY untuk kembali terpilih jauh lebih akbar ketimbang Jokowi. Meski diatas kertas, dukungan Jokowi di parlemen cukup akbar namun kalau pemilihan presiden tetap dilakukan secara langsung oleh rakyat, teori diatas kertas dapat saja tak sesuai. Karena dapat jadi, opsi rakyat tak berbanding lurus dengan dukungan partai & parlemen.

Meski persentase keterpilihan SBY lebih akbar ketimbang Jokowi, namun SBY bakal menghadapi persoalan lain. Jika saja nantinya Partai Demokrat versi Moeldoko yg disahkan oleh Kemenkumham, maka peluang SBY untuk dapat mencalonkan diri kembali akan semakin mengecil. Seperti yg kita ketahui, SBY yg selama 2 periode mencalonkan diri sebagai presiden & kedua - duanya menang, saat itu beliau diusung oleh Partai Demokrat bersama koalisinya. Dan kalau mayoritas partai diparlemen termasuk Partai Demokrat jadi pendukung Jokowi, maka SBY tak punya "tunggangan" untuk kembali melaju jadi RI1.
Politik itu dinamis. Dulu kawan dapat jadi lawan. Pun begitu pula sebaliknya. Bagaimana masa depan politik Indonesia ke depan? Mari kita lihat bersama - sama. Apakah spekulasi yg saat ini berkembang benar jadi kenyataan ataukah cuma isapan jempol belaka?


Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini & Ini
Sumur Gambar : Om Google
Powerpunk's Threadon Kaskus
Spoiler for Jangan di scan:

Spoiler for :
